SELALU ADA YG TAK HAPPY (Dari keberhasilan Indonesia menguasai 51,2% saham PT Freeport In RCdonesia (PT FPI)
Di kutip dari
Prof. Rhenald Kasali, Guru besar FEB Universitas Indonesia.
Freeport itu PT. Sedangkan
alam itu tanah, emas dll. Tanahnya tetap
dikuasai NKRI, dan dari dulu Indonesia
dapat uang konsesi, pajak dll.
Itu adalah hak atas tanah yg dikuasai asing yg di dalamnya ada emas,
perak dan tembaganya. Hanya saja memang
dulu pejabat2 kita senang terima bagian besar buat dirinya sendiri atau
kelompoknya, shg dikasih kecil buat negaranya mereka oke saja.
Jokowi sebaliknya. Dia rela
compang-camping dihina para mafioso yg berada dibalik kuasa itu. Dia bereskan
dgn tenang. Akibatnya jakarta selalu digoyang. Amerika marah besar bahkan
sempat kirim pasukan yg merapat di Australia. Namanya juga negara adikuasa.
Pakai Psy War adalah hal biasa dlm mengawal kepentingannya. Blm lagi penembakan2 di Papua, begitu negosiasi
mencapai kesepakatan.
Mafioso biayai preman2 jalanan
dan oknum aparat serta oknum2 politisi utk memutarbalikkan cerita yg
sebenarnya. Alhamdulilah Tuhan mencintai Indonesia. Semua rintangan
Alhamdulilah kita bisa atasi.
Yang namanya PT ada aset, hak
konsesi, ada modal , saham2, direksi,
expertise, brand, technology, market
channel dll. Ada harta2 kelihatan dan ada intangiblesnya. PT ini bukan milik
kita. Itu dibawa asing ke tanah Indonesia dan kl mereka diusir, pasti aset2nya
itu diangkut semua keluar dan kita pasti tak bisa olah emas itu dgn cara2
konvensional. Yang kita beli dan ambil alih itu sahamnya sehingga kita bisa menjadi penegang saham mayoritas
spy bs dapat bagian lbh besar dan bisa
pegang kendali, dari pengolahan dan teknologi yg kita gak kuasai.... kita bs
belajar alih teknologi dan skill.
Mengapa kita harus jual Global Bond untuk biayai pengambilalihan saham PT FPI? Krn kita ngga mau cadangan dollar kita tergerus lagi. Nilai rupiah bisa tertekan lagi kalau diambil dari lokal. Sebab PT FPI maunya dibayar pajai dolar, bukan rupiah. Jadi kita harus cerdik sedikit. Tinggal bagaimana hitung2annya. Itu harus berhitung
Yang kita perlukan surat hutang
yg tenornya panjang, bahkan ada yg 30 tahun. Supaya apa? Supaya hasil Freeport
bisa segera dinikmati bangsa ini. Kalau
dihitung, kita baca laporan keuangannya, maka tampak EBITDAnya PT FPI setahun
sekitar USD 4 Billions. Net Profitnya, jika sekitar USD 2 Billions. Kalau
jangka pendek, jelas memberatkan. Karena kini kita berhasil memiliki sahamnya
sebesar 51,2%, jika dalam setahun Indonesia bisa menikmati USD 1Billion
lebih...
Jadi kalau
kita mau, hanya dalam 4 tahun Global Bond itu beres dan setelah itu kita dapat duit gede seterusnya
slm 50 tahun. Sebab jumlah surat hutang itu ya hanya sekitar USD 4 Billions
sebagai kompensasi yg kita bayar ke PT FPI.
Aneh kalau kehebatan ini disalah-salahkan. Maka, hanya orang2 bodoh saja
yg menyalah2kan bangsa Indonesia. Dan
orang seperti itu akan selalu ada di negeri ini. Mereka senang memakai kacamata buram, dan selalu hanya mencari
kesalahan. Sebab sebagian orang menikmati rezekinya dgn cara demikian. Ada
profesi bayaran untuk menciptakan ketidakstabilan atau ketidak percayaan. Ada
juga yg menderita luka batin, kecewa, tak mendapat bagian, tidak dilayani atau
pernah diberhentikan. Begitulah kehidupan demokrasi.
Begitulah pula orang mencari makan, mencari kehormatan, mendapatkan kompensasi mental atas kekecewaaannya atau membangun jati dirinya.
Sementara, Dunia justru sedang memuji betapa lihai dan pandainya pemimpin Indonesia.
Orang yang susah melihat bangsa ini senang
sebagian mungkin memang mewarisi darah penghianat yg kalau ditelusuri ada DNA yang begitulah yang
membuat VOC bisa menjajah kita berabad-abad.
So, faktanya kini kita bisa menutup akhir tahun dengan banyak senyum. Saat kita bisa berlibur menikmati ribuan kilometer jalan2 baru baik antar kota maupun antar desa. Saat warga desa menyewakan homestay nya melalui platform airbnb dll. Saat kita merayakan banyak keberhasilan....
ungkap Prof. Rhenald Kasali, Guru besar FEB Universitas Indonesia.
0 comments:
Post a Comment